Gue ganteng? Mungkin suatu pernyataan gila yang mungkin juga dinyatakan orang-orang gila di sekeliling gue. Lebih tepatnya orang gila buta kali ya, karena dilihat dari segi manapun gue bukanlah tipe cowok yang ganteng. Tapi beruntunglah gue adalah satu-satunya anak lelaki dirumah, jadi secara otomatis ( baca : terpaksa ) gue adalah anak paling ganteng diantara adek-adek gue yang lain. Dan setidaknya gue cukup menikmati hari-hari di rumah. Ibu gue-lah yang paling sering mengakui kegantengan gue, ( ya, pengecualian untuk ibu gue. Dia-lah satu-satunya orang paling waras dan superbaikhati di antara orang-orang yang menyebut gue ganteng). Meskipun gue gak tahu alasan ibu menganggap gue seperti itu. Setiap kali ibu bilang,”udah pede aja, kamu itu ganteng”, gue cuma bisa bengong dan berbicara dalam hati, “ibu habis bangun tidur ya?” atau, “kelihatannya lagi gak mati lampu deh, tapi kok?”
Dan sebagai cowok yang berpredikat ‘hensemless’ sudah sewajarnya jika gue membenci cowok-cowok boyband. Kenapa? Mungkin aja sebagian cewek akan menjawab begini ( dengan cara bicara anak gahoel ),”Yaiyalah, cowok-cowok boyband kan ganteng gelaak, nah elo?” Tapi, akan berbeda jika kita, kaum cowok cupu yang menjawab,“Gara-gara baybond presentase peluang kita ditaksir cewek makin anjlok!” Ingat, ini bukan cuma jeritan hati gue aja, tapi ini adalah jeritan hati kami para cowok yang terlambat ganteng. *dihajar rame-rame*
Tapi gue cukup tau diri untuk tidak melawan kekuatan orang ganteng secara sembrono. Ya, pernah suatu ketika, saat gue baru aja lulus SD dan sedang mendaftar ke sebuah SMP Negeri di kota tempat tinggal tercinta, Klaten, gue dan teman gue buru-buru ke tempat fotocopy-an untuk meng-copy ijazah SD buat keperluan pendaftaran. Kita berdua berangkat naik sepeda masing-masing mirip pasangan homo yang lagi pacaran. Sesampainya disana, gue langsung ngasih ijazah kami berdua kepada mbak penjaga tempat fotocopy-an itu. Lalu mbak penjaga itu menerima, dan sebelum sempat ijazah kami tersebut dimasukkan ke dalam mesin fotocopy, mbak penjaga tersebut dengan iseng dan jahatnya membaca ijazah kami berdua. Mungkin bagi temen gue itu bukan tindakan yang iseng dan jahat, mungkin biasa-biasa aja. Tapi bagi gue ini benar-benar menakutkan, kenapa? Kalian pasti tahu kan, pada bagian depan ijazah di bawah ada selembar kertas tebel kan, licin kertasnya kan, nempel gitu kan, ada gambar muka orang gitu kan, ya itu masalahnya FOTO SETENGAH BADAN GUE! MUKA GUE! Gue berusaha untuk mengalihkan mbak penjaga sebelum dia ngelihat foto kami berdua,”mbak tolong dong cepetan di fotocopy, keburu nih
“Tunggu bentar dik.” Sambil menuju ke mesin fotocopy mbak penjaga meng-iya-kan permintaan gue.
Huft, sedikit lega rasanya. Tapi emang dasar keberuntungan belum berpihak kepada orang jelek. Setelah selesai meng-copy, mbak penjaga tadi justru melanjutkan membaca ijazah-ijazah tersebut. Lalu sambil mengembalikan ijazah ke arah temen gue dia bilang,”adek yang ini ganteng deh.” Dan saat giliran ijazah gue yang dikembalikan dia bilang, “adek yang ini kok item ya?” Jeger! ( berasa seperti habis keselek tabung gas tiga kilo ). Baru pertama kali itu gue diperlakukan layaknya combro oleh orang yang belum gue kenal. Masih mending kalau mbak penjaga tersebut adalah Dian Sastro kw super, lah ini malah mirip mpok nori yang kebanyakan ngemil sabun colek. Dan gue diperlakukan seperti itu di wilayah jual beli yang seharusnya menganut prinsip ‘Pembeli adalah Raja.’ Tapi apa? Yang ada disini malah ‘Pembeli jelek adalah Combro.’
Gue sebenarnya cukup sebal dengan perkataan mbak penjaga itu tapi seperti yang gue bilang tadi, gue cukup tau diri untuk tidak melawan kekuatan orang ganteng. Sebab sekarang gue telah berhadapan dengan kekuatan itu. Penilaian subyektif antara muka Dude Herlino dengan muka Dude Herlino yang habis ikut tawuran inilah yang gue maksud. Kekuatan yang berasal dari publik. Opini yang bersifat positif serta bejibun pujian dari publik yang hanya bisa didapatkan orang ganteng bukan orang yang kurang ganteng. Disitulah gue merasa kalah telak.
Tapi apakah orang yang terlambat ganteng gak punya kelebihan? ( bukan kelebihan upil, ingus, atau belek dimuka, yang gue maksud kira-kira ya seperti kemampuan gitu lah). Kelebihan yang mungkin aja sebanding dengan yang dimiliki oleh orang ganteng. Gue rasa punya. Tuhan memberi kita kelebihan dan kekurangan. Dan Tuhan gak pernah meluputkan satu orangpun dalam pembagian kelebihan atau kekurangan itu. Jika kita emang lemah dalam hal fisik dan penampilan pasti ada hal lain yang menjadi kelebihan kita. Tapi tentu saja hal itu gak bisa kita raih hanya dalam waktu satu malam seperti membangun candi ( ya, candi Prambanan dibuat dalam semalam lho kakaak ). Sebab ada proses yang perlu dijalani untuk meraihnya, ada usaha yang harus disiapkan untuk menjalani proses itu, dan ada beberapa kunci yang dibutuhkan untuk membuka pintu-pintu yang menjadi penghubung antara proses dengan kesuksesan. Kalian butuh kunci-kunci itu. Dan gue punya lima. Jadi daripada kalian bingung kenapa gue tiba-tiba jadi seperti motivator sinting gini, mending perhatikan dan coba pakai kunci-kunci ini deh ke dalam usaha kalian, enjoy . .
Jangan Minder
Jika kita memiliki muka yang gak sesuai dengan tekstur atau melenceng dari doa dan harapan, maka janganlah kalian minder. Muka jelek gak sehina yang kalian kira kok. Kecuali kalau kita adalah orang bermuka jelek yang suka nyolong duit orang-orang susah, itu baru hina. Hina banget malah. Dan mulailah berfikir bahwa kepercayaan diri akan mengurangi kadar hensemless yang ada pada diri kita dan rasa minder justru akan meningkatkan kadarnya. Jika kalian semakin minder maka dengan begitu muka kalian akan semakin jelek.
Jangan Sok Ganteng
Percaya diri memang syarat pertama yang gue sarankan tadi. Tapi bukan berarti saat mulai percaya diri kita boleh merasa sok ganteng. Ingat bahwa itu bukan kelebihan kalian. Jangan pernah memaksa diri untuk mengikuti style orang-orang ganteng yang sebenarnya hanya akan merusak penampilan kalian. Kaos v-neck atau t-shirt dengan brand gaje, celana panjang skinny dengan warna-warna norak, sepatu skate kw, dan gaya rambut yang dibuat panjang berantakan dengan warna-warna aneh yang belang, semua itu freak. Kalian cukup berpenampilan rapi, bersih, dan yang paling penting adalah be yourself. Terkadang kesederhanaan sanggup membawa kita menuju ke tempat yang lebih indah dari kesederhanaan itu sendiri, kawan.
Bangun Inner Masculine
Pede udah, tahu diri juga udah. Sekarang giliran kalian membangun kegantengan batin masing-masing. Inilah satu-satunya yang dapat dengan mudah kalian make over menjadi ganteng dan menawan. Dibanding make over muka dengan pasang silikon sana-sini yang mahalnya sampai bisa buat modal nikah. Mulailah dari hal-hal yang sederhana, seperti : bertingkah sewajarnya sebagai manusia normal dan bertata krama, mandiri, jujur, dan bertutur kata baik ( tahu kapan, dimana, dan dengan siapa kita berbicara ). Hingga sesuatu yang lebih kompleks : bertanggung jawab dengan apa yang telah dilakukan, mampu menepati janji, dan dapat menjadi seorang yang mampu membahagiakan siapapun dengan berbagai cara yang indah. Jika kalian bisa melakukan semua itu dengan sangat baik maka kalian telah menjadi seseorang yang lebih baik dibanding cowok-cowok ganteng yang ‘disana’ ( Cowok yang merasa dirinya ganteng tapi berperilaku serampangan, arogan, liar, dan tak bisa bertanggung jawab dengan apa yang mereka lakukan ). Ingatlah,’buku yang hanya indah di sampul namun buruk disetiap lembarnya hanya akan mendekam di rak buku bersama jaring laba-laba dan debu.’
Prestasi bukan Depresi
Woy, ngapain depresi woy! Angkat wajah jelek kalian dan tatap jauh ke depan. Lihat lah, bejibun manusia sedang menunjuk jari tengahnya ke arah kalian sambil berkata,”CUPU LO NYET!” Tampar mereka dengan pembuktian bahwa kalian adalah kaum dengan sejuta bakat dan prestasi. Jangan karena jelek, kalian menjadi terpuruk. Jadi berandal, mabuk-mabukkan, luntang-lantung dijalan gak jelas, itu semua bukan penyelesaian kawan. Jika ada seseorang yang bilang,”Halah, itu lebih baik dibanding pejabat-pejabat yang korupsi.” Semua gak ada yang baik. Justru dari hal kecil seperti mabuk-mabuk ini yang terlebih dahulu musti kita rubah, baru setelah itu kita bisa memperbaiki hal yang lebih besar. Jadi, mulai dari sekarang cobalah untuk menciptakan prestasi bukan depresi. Dan prestasi gak harus kita raih lewat kompetisi-kompetisi resmi. Sebab membahagiakan seseorang yang selalu peduli pada kita justru dapat menjadi prestasi yang lebih indah.
Restu dari-Nya
Berdoa adalah part paling penting dari semua kunci yang gue kemukakan. Sebab, meskipun kita telah mati-matian mencoba semua kunci di atas kalo Tuhan berkata lain apa mau dikata. Kita cuma mendapat wewenang untuk mencari dan berharap, dan Pencipta Semesta yang berhak memutuskan apa yang terbaik untuk kita.
0 komentar:
Mari Dikomeng