Subscribe:

Jumat, 07 Oktober 2011

GALAU KARNA CINTA DAN KEAKRABAN KITA PADA ALLOH SWT

Sebelumnya apa sih galau itu kak?
Kata kakak-kakak gahoel, galau adalah situasi dimana pikiran kita sedang kacau tidak karuan. Segala perasaan negatif jadi bercampur aduk. Mulai dari benci, cemburu, sedih, sampai panik.

Siapa saja orang yang mengalami galau?
Semua orang bisa mengalami galau. Anak-anak, tukang jahit, preman, bahkan nenek-nenek pun bisa mengalami galau. Tapi karena galau sekarang menjadi trend, maka kebanyakaan remaja-remaja labillah yang sering mengalami galau.

Kok bisa ya, emang penyebabnya apa sih kak?
Banyak sih. Tapi karena kebanyakan anak labil yang galau, masalah cinta yang mendominasi penyebab kegalauan.

Bener juga, di jejaring sosial facebook atau twitter gitu lagi ramainya galau-galauan. Sampe ada yang bilang ‘ga galau ga gaul.’ Emang bener ya kak, kalo gak galau itu gak gaul?

Ya gak lah. Bagian mananya yang bikin gaul? Yang ada waktu kita galau justru perasaan kita makin labil. Biasanya saat galau kita langsung update status di facebook yang isinya gak banget. Contoh :
Ada seorang gadis sedang galau karena telah diputusin cowoknya, gadis itu nangis dan lari menuju kamar. Dia bingung mau curhat dengan siapa. Semua temen sudah pada tidur. Lalu dia teringat akan sesuatu, facebook! Tepat sekali. Dia mengetik, terus saja mengetik sambil mengusap air matanya. Lalu akhirnya dia lega setelah tulisan ini tampil di facebook :
“hemmzz npa cih amu ninggalind aquh. Tenyta amu jahad. Humb galau dech.”
Nah bagian mananya yang gaul? Gak ada kan? Malah berasa aneh.
Makannya, ingat dan resapi quote ini : "Galau karna cinta gak pernah bikin kita gaul, justru membuat kita terkesan alay dan jauh dari Alloh."
Nah. . .

Wkwkwk, aku juga pernah nge-alay gitu kak. Eh, tapi kenapa bisa jauh dari Alloh sih?
Kamu tau kan kalau orang galau ( karena cinta terutama ) pasti keadaanya gak karuan. Kalo sedih ya gak karuan. Sampai males makan, males mandi, bahkan males atau lupa sholat, karena saking sibuknya nge-galau. Dan untuk solusi biasanya mereka akan mencari sesuatu yang dilarang Alloh. Contoh : Update status facebook sampai lupa sholat, ndengerin lagunya syahrini sampe nangis-nangis, nyiletin tangan sendiri, sampai yang paling parah . . . gantung diri. Nah, saat kita melakukan solusi-solusi itulah yang membuat kita secara tidak sadar mengabaikan Alloh SWT.

Astagfirullah, bener juga kak. Aku jadi mulai sadar nih. Terus solusi yang baik  biar gak galau gimana dong kak?
Ehm, solusi ya? Oke adek-adek, dengerin baik-baik :
Pertama    : Mulai mendekatkan diri kepada Alloh SWT dengan cara sholat lima waktu dengan khusyuk juga tanpa bolong, dan selalu berdzikir kapanpun dimanapun.
Kedua      : Berfikirlah bahwa galau bukanlah sikap yang baik dan bukan jalan satu-satunya untuk menyelesaikan masalah.
Ketiga      : ingat, galau itu alay
Keempat  : jika penyebab galau adalah pacar, maka segeralah putuskan pacarmu. Sebab, selain pacaran hanya menjadikan TB ( tekanan batin ), pacaran juga dilarang oleh Alloh, karena pacaran hanya akan mendekati zina. Kita boleh mencintai seseorang, namun jangan sampai kita meninggalkan aturan-aturan islam.
Jika kita benar-benar sayang kepada orang yang kita kasihi seharusnya kita tidak menjerumuskan dia ke buih dosa kan?
Jadi mending :
“bagi pria segeralah tumbuh dewasa dan lamarlah gadis itu. Dan untuk wanita tunggulah pria itu melamarmu.”
Kelima     : lakukanlah keempat tahap diatas secara disiplin. Dan yakinlah, kalian pasti bisa.

Bener juga kak. Tapi emang kakak gak pacaran?
Insyaallah enggak.  Tau sendiri kan, pacaran itu mendekati zina. Lagian kita juga belum mapan. Mau jajanin pacar aja masih pake duit orang tua. Besok kalo udah mapan baru deh. Nikah langsung gak perlu pacar-pacaran.

Mantap deh kakak. Aku makin lama makin sadar nih. Jadi ter-support dengan semua kata-kata kakak. Makasih ya kak, mulai sekarang aku akan bertobat.
Oke deh. Ceumungudh yaw! Eh iya lupa quote yang terakhir yang harus di ingat :
“Jika saat galau setan ada di kanan kiri kita, maka ingatlah Alloh selalu di atas sedang menaungi kita.”

0 komentar:

Mari Dikomeng